Indonesia Siap Jadi Kiblat Fesyen Muslim Dunia Tahun Depan

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri fesyen muslim di Tanah Air agar semakin berdaya saing di kancah global. Upaya strategis ini untuk menujukkan kesiapan Indonesia menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia. 

“Peluang pasar fesyen muslim di global maupun domestik masih sangat besar. Untuk itu, harus diisi oleh industri fesyen muslim dari dalam negeri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Pembukaan Pameran Muslim Fashion Festival (Muffest) 2019 di Jakarta, Rabu (1/5). 

Menurut Menperin, perkembangan jumlah umat muslim dunia menjadi salah satu pemicu utama yang mendorong pertumbuhan industri fesyen muslim. Pada tahun 2018, jumlah populasi umat Islam mencapai 24% dari total penduduk muslim dunia. 

Sementara itu, The State Global Islamic Economy melaporkan konsumsi fesyen muslim dunia saat ini mencapai USD270 miliar, yang diproyeksi terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 5% sehingga pada tahun 2023 bakal menyentuh hingga USD361 miliar. Sedangkan, konsumsi fesyen muslim di Indonesia berada di angka USD20 miliar dengan laju pertumbuhan 18,2% per tahunnya.

“Satu hal yang membanggakan bagi kita bersama adalah peningkatan prestasi Indonesia di dunia internasional yang sangat signifikan. Sesuai data dari The State of Global Islamic Economy Report 2018/2019, Indonesia merupakan runner up negara yang mengembangkan fesyen muslim terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab,” papar Airlangga. 

Capaian tersebut menunjukkan bahwa selangkah lagi Indonesia dapat berada pada urutan pertama dan menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia. “Menyongsong tahun 2020 yang hanya tinggal beberapa bulan lagi, kita harus segera mendeklarasikan bahwa Indonesia siap menjadi pusat fesyen muslim dunia pada tahun 2020. Kemenperin siap mengawal untuk mewujudkannya,” tegasnya. 

Apalagi, industri fesyen muslim yang merupakan bagian dari sektor industri tekstil dan produk tesktil (TPT) memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Ekspor produk TPT nasional mencapai USD13,27 miliar pada tahun 2018 atau tumbuh 5,4% dibanding tahun sebelumnya sebesar USD12,59 miliar. 

“Pasar fesyen muslim terbesar adalah ke negara-negara OKI, yakni mencapai USD191 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa kita mempunyai potensi untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara OKI,” ujar Menperin. Di sisi lain, kinerja industri TPT semakin tumbuh signifikan, dari 3,76% pada tahun 2017 menjadi 8,73% di tahun 2018. 

Untuk itu, Menperin memberikan apresiasi terhadap penyelanggaraan Pameran Muslim Fashion Festival. Selain sebagai ajang promosi beragam produk fesyen muslim nasional, diharapkan juga dapat menjadi akses untuk memperluas pasar internasional. 

“Melalui kegiatan ini, tentunya akan mendatangkan buyer potensial, kemudian terjadinya business to business. Apalagi adanya desainer muda dari SMK, ini sejalan dengan program Bapak Presiden Joko Widodo terkait pengembangan SDM yang sedang menjadi prioritas, termasuk dalam memacu sektor industri kreatif khususnya fesyen karena masuk dalam Making Indonesia 4.0,” paparnya. 

Airlangga melihat bahwa karya cipta anak bangsa sudah punya level yang baik di era digital. Misalnya, produk fesyen, kosmetika, dan perhiasan yang sudah merambah pasar mancanegara. “Di Asean, kita jadi yang terbaik dan terkreatif. Bahkan, dengan pasar era digital saat ini, membuka IKM untuk punya peluang yang sama dalam menjangkau pasar lebih luas lagi,” tuturnya. 

Lebih lanjut, Indonesia dinilai punya potensi besar dalam pengembangan industri yang berbasis lifestyle atau gaya hidup, termasuk produsen fesyen, kosmetika, dan perhiasan. “Tiga serangkai ini pertumbuhannya mampu di atas 3 persen,” ungkapnya. 

Pengembangan industri fesyen 

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menuturkan, sepanjang tahun 2018-2019, pihaknya melakukan berbagai kegiatan pengembangan industri fesyen muslim yang melibatkan sebanyak 656 pelaku IKM fesyen dan 60 desainer. “Program pembinaan yang kami lakukan ini terintegrasi dari hulu sampai hilir,” jelasnya. 

Contoh programnya, yakni link and match industri fesyen muslim dengan industri tekstil, bimbingan teknis dan sertifikasi SKKNI, pembangunan kapasitas IKM fesyen muslim, serta penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru IKM Busana Muslim. 

Selanjutnya, program Moslem Fashion Project (MOFP), berupa kompetisi dan inkubasi bagi startup fesyen muslim, penyusunan peta jalan Pengembangan Industri Fesyen Muslim, serta link and match industri fesyen muslim dan desainer. “Pada 1 Desember 2018 lalu, kami telah melaksanakan launching International Muslim Fashion Festival di Paris,” imbuh Gati. 

Menurutnya, industri fesyen muslim di Indonesia perlu didorong untuk menerapkan teknologi industri 4.0. Implementasi ini dapat dilakukan pada proses produksi, seperti menggunakan sistem berbasis digital manufacturing. 

“Contohnya, penerapan sistem embos dengan teknologi laser berdasarkan perintah dari sistem komputer serta penerapan teknologi artificial intelligence dalam proses pembuatan pola, perencanaan produksi dan pengendalian material,” ungkapnya. 

Selain itu, ada teknologi internet of things yang telah dijalankan dalam proses produksi dengan dipasangnya sensor Radio Frequency Identification (RFID) untuk memonitor semua proses produksi. Teknologi lain yang canggih, yakni diterapkannya teknologi augmented reality dan advanced robotics untuk aplikasi proses pemotongan bahan secara otomatis. 

“Dengan menerapkan industri 4.0, kami yakin dapat meningkatkan produktivfitas dan kualitas secara lebih efisien, tetapi tanpa mengurangi jumlah tenaga kerja,” tegas Gati. Keunggulan produk fesyen muslim Tanah Air, selain diakui di Kuwait dan Uni Emirat Arab, juga diminati pasar Amerika Serikat, Inggris dan Jepang. 

Dalam upaya memacu pengembangan industri fesyen muslim di Tanah Air, Ditjen IKM Kemenperin memfasilitasi booth kepada 30 IKM fesyen muslim dari berbagai daerah pada pameran Muslim Fashion Festival Indonesia (Muffest) tahun 2019. “Kini, Muffest telah menjadi perhatian dan mitra pemerintah dalam mencapai cita-cita bersama tersebut,” imbuhnya. 

Muffest digelar pada 1-4 Mei 2019 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center (JCC). Selain Fashion Show, Muffest 2019 akan menghadirkan exhibition (pameran dagang) ritel atau BZC (Business to Customer) dan mengarah pada B2B (Business to Business), fesyen presentation, talkshow, seminar, serta kompetisi desain fesyen. 

“Dalam sesi fashion show, akan hadir beragam gaya busana muslim karya desainer Indonesia, mulai dari konvensional, kontemporer, hingga syar’i yang mengacu pada Indonesia Trend Forecasting 2019/2020 bertema Singularity,” ungkap Gati. (p/ab)